1. Duk Koo Kim
Pesawat tempur Korea itu bukan petinju pertama yang tewas di atas ring. Tetapi sampai saat ini, orang yang menonton pertempurannya melawan Kim Ray “Boom Boom” Mancini selama 14 ronde di arena outdoor di Caesars Palace, pasti ingat betul hari yang menimbulkan perdebatanmengenai tinju itu.
Mancini berhasil mempertahankan gelar kelas ringan WBA untuk kedua kalinya. Di ronde 13, melepaskan berondongan 39 pukulan lurus. Entah bagaimana, Kim selamat (tidak KO). Tapi di awal ronde 14, Mancini sukses menjatuhkan Kim. Sebenarnya Kim sanggup bangun sebelum hitungan ke-10, namun wasit Richard Green menghentikan pertandingan. Kim dilarikan ke Rumah Sakit Desert Springs. Nyawanya tak tertolong. Dia meninggal empat hari kemudian.
Kematian Kim membawa akibat luarbiasa. Ibunya dan Richard Green, sang wasit, bunuh diri setelah kematiannya. Kematian Kim juga merubah aturan tinju: dari 15 ronde dirubah menjadi 12 saja. Selain itu, Mancini menderita depresi dan tidak tampak lagi sebagai petarung sejati, meski ia terus bertinju sampai 1993.
2. Becky Zerlentes
Pemenang penghargaan petinju wanita, Becky Zerlentes (34), meninggal pada tahun 2005 dan diyakini menjadi wanita pertama yang tewas di atas ring. Itu terjadi saat ia melawan Heather Schmitz di Denver. Sang lawan berhasil menjatuhkannya. Meskipun memakai pelindung kepala, ia jatuh tak sadarkan diri. Dokter segera melompat ke dalam ring, tetapi Zerlentes tidak sadar-sadar dan akhirnya meninggal beberapa jam kemudian.
Zerlentes telah memenangkan kejuaraan Golden Gloves tingkat regional pada tahun 2002 sebelum memutuskan untuk menggantung sarung tinju. Sebelum pertarungan yang merenggut nyawanya itu, ia berkata pada pelatihnya bahwa itu akan menjadi pertarungan terakhir.
3. Evander Holyfield
Juni 1997 di MGM Grand Las Vegas, Tyson yang digadang-gadang sebagai pengganti Ali, terlihat kerepotan dan putus asa saat menghadapi Holyfield. Puncaknya, pada ronde 3, Tyson menggigit kuping Holyfield. Mulanya, wasit Mills Lane mengurangi poin Si Leher Beton. Tapi, hanya dalam hitungan detik, Tyson terlihat akan melakukan hal yang sama sehiangga ia didiskualifikasi. Itulah akhir karir Tyson.
4. Frankie Campbell
Fransisco Camili alias Frankie Campbell lahir pada 1904. Rekor profesionalnya 33 menang (26 KO) 4 kalah 2 draw dan 1 no kontes. Pertarungan terakhirnya digelar di San Fransisco, California, pada 25 Agustus 1934. Lawannya, Max Baer yang digambarkan sebagai pembunuh keji di film Cinderella Man.
Saat itu para penonton berteriak jika Campbell sukses mengkanvaskan Baer pada ronde 2. Yang lain mengatakan, Baer tak berkutik selama ronde 3 dan 4. Baer marah. Dan kemarahannya kian meletup ketika, eks pelatih sekaligus temannya, Tillie “Kid” Herman, mengejeknya. Entah bagaimana caranya, Baer kemudian menjadi penyebab lepasnya otak Campbell. Baer didakwa melakukan pembunuhan, tapi kemudian dibebaskan dari semua tuntutan. Ia pun memberikan semua pendapatannya kepada keluarga Campbell.
5. Jess Willard
Tahun 1919. Pertarungan kelas berat, Jess “The Giant” Willard vs Jack Dempsey, dihelat di Bay View Park Arena di Toledo, Ohio. Sebelum pertarungan, promotor Tex Rickard menemui Dempsey dan manajernya di kamar ganti. Dempsey dipersilahkan turun ring saja jika Willard memerintahnya turun. Sebab, pertarungan akan berjalan tidak seimbang. Dempsey menggeram. “Tidak ada yang perlu dikhawatirkan,” katanya yakin.
Dan … Dempsey membuktikan keyakinanya. Posisi penantang memberinya motivasi besar. Dengan brutal Dempsey menghajar Willard. Memang, di ronde 1 Willard berhasil mematahkan rahang dan menjatuhkan Dempsey sebanyak 7 kali. Tapi, dua ronde berikutnya resmi menjadi milik Dempsey. Muka Willard memar dan berdarah-darah hingga pelatihnya terpaksa melemparkan handuk. Dempsey juara.
Dempsey pun berhasil mempertahankan sabuk juara yang direbutnya dari Willard sebanyak tujuh kali sebelum akhirnya dikalahkan Gene Tunney pada tahun 1926.
6. Richard Grant
Butler, petinju muda yang sangat menjanjikan dari New York City dikenal dengan julukan “Harlem Hammer”. Pada bulan November 2001, James Butler mesti berjuang melawan Richard “The Alien” Grant. Pertarungan ini merupakan acara amal untuk korban serangan 11 September. Hasilnya, Grant kalah angka. Ia pun menghampiri Butler untuk memberi selamat. Tapi, Butler (yang sudah melepas sarung tinju) justru melemparkan pukulan kuat ke arah Grant. Grant menderita luka wajah termasuk rahang patah dan lidah terkoyak. Butler, pada gilirannya, ditangkap dan dihukum.
Sayangnya, cerita itu tidak berakhir di sana. James Butler melanjutkan karir setelah kejadian itu, tetapi tidak pernah bisa mengenyam kesuksesan kembali. Pada bulan Oktober tahun 2004, ia ditangkap dan didakwa membunuh Sam Kellerman, saudara analis HBO Boxing, Max Kellerman. Butler mengaku bersalah dan dijatuhi hukuman 29 tahun penjara.
7. Benny Paret
Benny “Kid” Paret seorang petinju Kuba yang meraih gelar kelas menengah untuk pertama kalinya pada tahun 1960, namun kehilangan gelar itu tujuh bulan kemudian ketika Emile Griffith merobohkannya. Pertarungan terakhirnya melawan Griffith terjadi pada tanggal 24 Maret 1962. Griffith sukses memukul Paret dua puluh sembilan kali berturut-turut, dan delapan belas kali dalam tempo enam detik. Paret pun terbaring sebelum wasit sempat menghentikan pertarungan. Paret, selanjutnya koma dan meninggal sepuluh hari kemudian.
Pertarungan itu dijadikan sebuah film dokumenter pada 2005 berjudul Ring of Fire: The Emile Griffith Story. Di akhir film itu Griffith yang memendam rasa bersalah atas insiden itu selama bertahun-tahun memperkenalkan diri pada anak Paret. Anak itu memeluk Griffith dan mengatakan bahwa dirinya memaafkan Griffith.
8. Billy Collins Jr
Pertarungan 1983 antara Luis Resto dan Billy Collins Jr dikenal oleh banyak orang sebagai salah satu kegelapan dalam industri tinju. Panama Lewis, manajer Resto, bertindak curang dengan mengakali sarung tinju anak asuhnya. Akibatnya, Resto memiliki pukulan keras, dan Collins mengalami kebutaan. Lantaran cedera yang mengakhiri kariernya itu, Collins bunuh diri dua tahun kemudian. Sementara Resto dan Lewis dipenjara.
9. Jonathan Thaxton
Pertarungan ini barangkali merupakan pertarungan terbesar dalam karier Thaxton dan Emanuel Augustus. Pada 1998 Thaxton membuat Augustus menjadi “A Million Dollars Man” setelah ia menyerahkan dagunya kepada penantangnya itu. Bagi Thaxton sendiri, pertarungannya melawan Augustus membuatnya mencicipi kekalahan KO untuk kali yang pertama sepanjang kariernya.
No comments:
Post a Comment