Friday, August 31, 2012

10 Kesalahpahaman Orang Terhadap Kaum Gypsy

Gypsy, merupakan nama suatu kaum yang juga dikenal dengan nama Romani. Mungkin Anda mengenalnya dari tampilan sebuah film-film barat yang banyak menyebarkan persepsi stereotipe (pandangan subyektif) terhadap mereka (gypsy). Di beberapa film barat anak-anak gypsy digambarkan sebagai anak naka, aneh, kemudian pemudanya dianggap penggoda perempuan dan pencuri, sementara perempuanya hanyalah berprofesi sebagai cenayang ataupun tukang ramal. Nah inilah 10 kesalahpahaman orang terhadap kaum gypsy atau Romani:

1. Mengenalkan Budaya Kebebasan

Romantisasi potret kehidupan kaum gypsy yang terlihat bebas, memisahkan diri dari tatanan norma dan nilai masyarakat sekitar. Mereka hidup berpindah-pindah dengan menggunakan kereta dan melakukan apapun yang mereka inginkan. Namun hal tersebut tidak semuanya benar, pada kenyataannya di benua Eropa para gypsy seringkali dipaksa untuk tinggal di luar kota atau bahkan di daerah kumuh sekalipun. Mereka pun dipersulit untuk mendapatkan kependudukan dan hak seperti warga masyarakat lainnnya. Padahal seandainya mereka diberikan hak dan kewajiban yang sama, mereka akan baik-baik saja.

2. Tidak Berpendidikan

Di berbagai tempat yang dipadati oleh populasi Romani (gypsy), seperti Cheska (Rep.Ceko), mereka mendapatkan diskriminasi di dalam bidang pendidikan. Bahkan sebanyak 65-75% anak – anak para Romani harus mendapatkan pedidikan di ‘sekolah khusus’ sebelum beranjak remaja, walaupun sebenarnya tidak ada peratura yang membenarkan adanya diskriminasi secara genetis.

3. Mereka Dapat Meramal

Walaupun ada benarnya bahwa beberapa perempuan gypsy mendapatkan uang dari pekerjaan mereka sebagai seorang peramal. Namun tidak semua perempuan dan lelaki hanya mampu bekerja dengan cara demikian, tidak di era milenia saat ini. Dari mereka bahkan sukses dalam berbagai bidang, salah satunya di bidang jurnalisme.

4. Gaya Berpakaian yang Buruk

Kebanyakan orang berpikir kaum gypsy merayakan halloween di sepanjag tahun, hal ini disebabkan karena gaya berpakaian mereka. Aksesoris mereka yang mencolok seperti kalung rantai emas, gigi emas dan celana baggy, semua mereka gunakan sehingga terlihat bertabrakan (mismatch). Namun demikian gaya pakaian mereka menginspirasi orang-orang di sekitarnya, bahkan ketika beberapa dari mereka sudah berbusana lebih modern dan dinamis mengikuti tren. Gypsy di Amerika sudah tidak berpakaian konvesional lagi, sebagaimana para pendahulunya.

5. Menikah Muda

Bagi kaum Romani (gypsy), keluarga adalah nomor satu. Namun satu hal yang paling banyak disalahpahami adalah pernikahan mereka, ada anggapan bahwa kaum gypsy banyak melakukan pernikahan di usia muda. Sebenarnya, walaupun pernikahan mereka diatur oleh masing-masing keluarga (dijodohkan), tetapi pernikahan tersebut dilakukan setelah mereka dewasa –tradisi tersebut terdapat pada kaum gypsy yang tinggal di Amerika Utara, namun lebih umum lagi terdapat di dalam kebudayaan Indian dan beberapa subkontinen lainnya. Selain itu, ‘promiscous’ (hubungan sedarah) tidaklah benar, mereka tidak menikah sesama anggota keluarga dekat mereka. Bahkan para kaum lelaki dan perempuannya tidak diperbolehkan untuk memperlihatkan kakinya di depan umum.

6. Berasal Dari Mesir

Ada sebuah keyakina umum bahwa kaum gypsy berasal dari daratan Mesir, namun itu salah karena sebenarnya mereka berasal dari daratan India sebelah utara. Di awali pada abad ke – 11, mereka menyebut dirinya ‘Rom’, sebuah kata yang berarti mausia dalam bahasa. Selain makna kata, rom juga menandakan bahwa mereka berasal dari daratan Romani. Diyakini bahwa awal perjalanan mereka bertujuan untuk menetap di daratan Persia, namun entah mengapa mereka menjadi tersebar dan menetap di daratan Eropa.

7. Pengangguran

Dari sejak zaman nenek moyang mereka para gypsy terkenal sebagai kaum pekerja keras, mulai dari profesi musisi, seniman, penjual-peternak kuda hingga pandai besi. Namun hanya karena hidup mereka berpindah-pindah (nomaden), mereka dianggap tidak memiliki pekerjaan dan keahlian selain sebagai musisi, seniman dan peramal. Anggapan tersebut tidaklah benar, dan hal tersebut tidak saja terjadi di dalam literasi dan sejarah masa lalu bahkan masa kini pun anggapan tersebut masih menjadi stereotipe (pandangan umun yang subyektif). Padahal kaum Romani memiliki dan menduduki jabatan yang penting di dalam karir mereka.

8. Gypsy Adalah Gaya Hidup

Banyak orang yang mengungkapkan bahwa gypsy merupakan gaya hidup, dan jarang sekali yang menganggap mereka sebagai etnis.  Masalah ini dijelaskan di dalam beberapa legislasi seperti di tahun 1968 dengan dikeluarkannya Caravan Act di Inggris, yang mengklasifikasikan bahwa semua kaum nomadis adalah gyspy. Undang-ung tersebut tidak sebenarya memenuhi batasan dan penjelasan mengenai gypsy. Padahal seandainya jika dirunutkan secara genetik dan ras, maka India adalah tanah nenek moyang mereka berasal, sebuah daratan ketika untuk pertama kali mereka menyebut dirinya kaum Romani.

9. Penipu

Kaum Gypsy banyak mendapatkan diskriminasi dimana pun mereka tinggal, mereka dianggap kaum yang sedang mencari tempat tinggal sebagai sebuah kutukan.hukuman yang telah berlaku untuk ratusan tahun.
Mengenai diskriminasi hukum ini pernah terjadi sebuah kasus di tahun 1980’an di New Jersey, Amerika Serikat. Saat itu pemerintah kota menuntut kepada para peramal Gypsy untuk membayar uang tambahan untuk surat izin dan berpraktik, di beberapa pemerintahan lain bahkan seorang Gypsy yang terjerat masalah hukum maka secara otomatis seluruh keluarganya pun terjerat. Walaupu hukum dan perundangan yang mendiskreditkan para Gypsy sudah tidak dicabut, namun stereotipe masih saja berlangsung.

10. Gypsy pun Tidak Ada di Benua Amerika

Poin terakhir ini memang sangat sederhana, para pembuat film di Eropa maupun Hollywood selau menyertakan kehadiran Gypsy dengan latar sosial-budaya negara-negara Eropa daripada benua Amerikanya sendiri. Hal tersebut semakin membuat publik semakin yakin bahwa tujuan dan pola penyebaran kehidupan mereka hanya ada di benua Eropa saja. Padahal pada kenyataannya, banyak keluarga Gypsy yang tinggal di kota besar seperti di New York dan masih melakukan tradisi nenek moyang di dalam kehidupan mereka

No comments:

Post a Comment