Gelar yang Agung diberikan karena pemimpin-pemimpin ini, karena apa yang telah dilakukan pada negerinya melampaui ekspektasi rakyatnya mengenai kesejahteraan. Dibawah kepemimpinannya, negara begitu masyur dan disegani banyak kawan dan lawan. Berikut 15 pemimpin dunia bergelar “Yang Agung” di masanya:
1. Aleksander yang Agung (Makedonia)
Aleksander III dari Makedonia lebih dikenal sebagai Aleksander Agung atau Iskandar Agung, adalah raja Kekaisaran Makedonia, sebuah negara di daerah timur laut Yunani. Pada usia tiga puluh tahun, dia memimpin sebuah kekaisaran terbesar pada masa sejarah kuno, membentang mulai dari Laut Ionia sampai pegunungan Himalaya. Dia tidak pernah terkalahkan dalam pertempuran dan dianggap sebagai komandan perang terhebat sepanjang masa.
Aleksander lahir di Pella pada 356 SM dan merupakan murid seorang filsuf terkenal, Aristoteles. Pada tahun 336 SM Aleksander menggantikan ayahnya, Filipus II dari Makedonia, sebagai pemimpin Makedonia setelah ayahnya dibunuh oleh pembunuh gelap. Filipus sendiri telah menaklukan sebagian besar negara-kota di daratan utama Yunani ke dalam hegemoni Makedonia, melalui militer dan
2. Ramses yang Agung (Mesir)
Ramses II sering juga disebut Ramses yang Agung adalah firaun Mesir ketiga yang berasal dari dinasti ke-19. Ia sering dianggap sebagai firaun terbesar dan terkuat di Mesir Kuno. Sebagai firaun, Ramses II memimpin beberapa ekspedisi ke Israel, Lebanon dan Suriah. Ia juga memimpin ekspedisi ke Nubia. Pada awal kekuasaannya, ia fokus dalam pembangunan kota, kuil dan monumen. Ramses II mendirikan kota Pi-Ramesses di Delta Sungai Nil sebagai ibukota barunya dan basis utama untuk kampanye militernya di Suriah.
3. Nebukadnezar yang Agung (Babilonia)
Nebukadnezar II, juga disebut Raja Nebukadnezar Ke-dua, adalah penguasa kerajaan Babilonia dalam Dinasti Kaldea yang berkuasa s. 605 SM-562 SM. Dia disebutkan dalam Kitab Daniel dan membangun Taman Gantung Babilonia. Dia menaklukkan Yehuda dan Yerusalem dan mengirim orang-orang Yahudi ke pembuangan. Dia biasa dijuluki “Nebukadnezar Agung”. Di Irak dan sebagian tempat lain di Timur Tengah saat ini, ia diagungkan sebagai pemimpin sejarah.
4. Koresh yang Agung (Persia)
Koresh Agung adalah pendiri Kekaisaran Persia. Ia memulai kariernya selaku pejabat rendahan di bagian barat daya Iran, dia mendapat banyak kemenangan lewat pertempuran dan menguasai tiga kerajaan besar yaitu; Media, Lidia dan Babilonia. Ia juga menyatukan hampir seluruh daerah Timur Tengah lama menjadi satu negara yang membentang mulai India hingga Laut Tengah. Koresh (atau Kurush nama Persianya, dalam bahasa Inggris Cyrus) dilahirkan sekitar tahun 576 SM di provinsi Persis (kini Fars), di barat daya Iran. Daerah ini saat itu merupakan provinsi kerajaan Media. Koresh berasal dari keturunan penguasa lokal yang merupakan bawahan Raja Media.
5. Darius yang Agung (Akhemeniyeh)
Darius I juga dikenal sebagai Darius yang Agung, adalah “raja segala raja” ketiga Kekaisaran Akhemeniyah. Pada masa kekuasaannya, negerinya mencapai puncak kejayaannya, meliputi wilayah hingga Mesir, India Utara, dan sebagian Yunani. Kekaisarannya mulai mengalami kemunduran setelah kematiannya dan pengangkatan putranya, Xerxes I, sebagai raja.
Ia memperoleh kekuasaan dengan membunuh Bardiya. Darius lalu dimahkotai pagi sesudahnya. Sebagai kaisar yang baru, ia harus menghadapi pemberontakan-pemberontakan di seluruh negeri, tetapi Darius berhasil memadamkannya. Ia lalu mengirim ekspedisi untuk menghukum Athena dan Eretria karena membantu pemberontakan Ionia. Darius memperluas kekaisarannya dengan menaklukan Trakia dan Makedon. Ia juga menyerang Saka, suku Iran yang menyerang Media dan membunuh Koresh yang Agung.
Darius mengorganisir kekaisarannya dengan membaginya menjadi provinsi-provinsi dan menempatkan satrap sebagai penguasa. Ia memperkenalkan sistem keuangan seragam, dan menjadikan bahasa Aram sebagai bahasa resmi kekaisaran. Darius juga melancarkan proyek-proyek pembangunan di Susa, Pasargadae, Persepolis, Babilonia, dan Mesir. Ia membuat kodifikasi undang-undang untuk Mesir. Darius juga memerintahkan pengukiran inskripsi Behistun, yaitu otobiografi mengenai dirinya.
6. Kaisar Kangxi (Tiongkok)
Kaisar Kangxi adalah kaisar Dinasti Qing keempat dan Kaisar Tiongkok kedua dari bangsa Manchu yang memerintah tahun 1661 sampai 1722. Ia dikenal sebagai salah satu kaisar terbaik yang pernah dimiliki Tiongkok karena selama masa pemerintahannya Tiongkok berkembang pesat dalam kebudayaan maupun militer, rakyat pun hidup dalam kedamaian. Pada masa itulah Tiongkok menjadi kekaisaran terbesar di dunia dengan wilayah terluas, populasi terbanyak, pasukannya kuat serta kekayaannya berlimpah. Masa pemerintahannya yang berumur 61 tahun menjadikannya sebagai kaisar yang paling lama bertahta dalam sejarah Tiongkok. Ia mewarisi tahta pada usia 8 tahun, dalam usianya yang masih sangat dini itu, dia didampingi oleh keempat walinya dan neneknya, Ibusuri Xiaozhuang, yang banyak berpengaruh dalam kehidupannya.
7. Asoka yang Agung (Maurya)
Asoka yang Agung adalah penguasa Kekaisaran Maurya dari 273 SM sampai 232 SM. Seorang penganut agama Buddha, Asoka menguasai sebagian besar anak benua India, dari apa yang sekarang disebut Afganistan sampai Bangladesh dan di selatan sampai sejauh Mysore.
Nama “Asoka” berarti ‘tanpa duka’ dalam bahasa Sansekerta. Asoka adalah pemimpin pertama Bharata (India) Kuno, setelah para pemimpin Mahabharata yang termasyhur, yang menyatukan wilayah yang sangat luas ini di bawah kekaisarannya, yang bahkan melampaui batas-batas wilayah kedaulatan negara India dewasa ini.
8. Jellaladin Muhammad Akbár yang Agung (Mogul)
Jellaladin Muhammad Akbár yang Agung ialah Sultan Mogul dari 1556 hingga 1605. Ia dianggap sebagai Sultan Mogul yang paling agung. Akbar dilahirkan di Umarkot, Sind pada 15 Oktober 1542. Ayahandanya Humayun didepak dari tahta dalam beberapa pertempuran dengan Sher Shah Suri, pemerintah Afghan. Setelah 12 tahun di luar negeri, Humayun mendapatkan kembali kekuasaannya tetapi hanya untuk beberapa bulan sebelum meninggalnya. Akbar menggantikan ayahandanya pada 1556 di bawah pengawasan Bairam Khan, bangsawan Turkoman, yang berusaha menghalangi pesaing kepada tahta, memperketat disiplin tentara, dan membantu memantapkan kesultanan yang baru dibangun kembali itu. Bagaimanapun, Bairam adalah seorang yang mabuk kekuasaan dan kejam. Setelah ketenteraman kembali, Akbar mengambil alih tampuk pemerintahan dengan sebuah pengistiharan pada Maret 1560.
9. Sultan Agung (Mataram)
Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma adalah Sultan ke-tiga Kesultanan Mataram yang memerintah pada tahun 1613-1645. Di bawah kepemimpinannya, Mataram berkembang menjadi kerajaan terbesar di Jawa dan Nusantara pada saat itu. Nama kecilnya Raden Mas Rangsang yang naik takhta pada tahun 1613 dalam usia 20 tahun menggantikan adiknya(beda ibu), Adipati Martapura, yang hanya menjadi Sultan Mataram selama satu hari.
10. Yeongnak yang Agung (Korea)
Gwanggaeto yang Agung dari Goguryeo merupakan Raja kesembilan belas Kerajaan Goguryeo, salah satu dari Tiga Kerajaan Korea di bagian paling utara. Nama Anumerta lengkapnya berarti “Raja yang Sangat Agung, Ekaspander wilayah yang luas, dimakamkan di Gukgangsang.”, kadang-kadang disingkat menjadi Hotaewang atau Taewang. Ia memilih Yeongnak sebagai nama eranya, dan disebut Raja Yeongnak yang Agung selama masa pemerintahannya.
Dibawah pimpinan Gwanggaeto, Goguryeo sekali lagi menjadi kekuasaan penting di Asia Timur, menikmati status yang hebat tersebut di abad kedua. Setelah Raja Gwanggaeto wafat pada usianya yang ketiga puluh sembilan pada tahun 413, Goguryeo mengontrol seluruh wilayah antara Amur dan Han Sungai-sungai (dua pertiga dari modern Korea, Manchuria, dan bagian dari propinsi maritim Rusia dan Mongolia Pusat).
11. Konstantinus Agung (Romawi)
Gaius Flavius Valerius Aurelius Constantinus, yang lazim dikenal sebagai Konstantinus I, Konstantinus Agung, atau adalah seorang Kaisar Romawi, yang dinyatakan sebagai Augustus oleh pasukan-pasukannya pada 25 Juli 306 dan yang memerintah atas bagian Kekaisaran Romawi yang terus-menerus berkembang hingga kematiannya.
Konstantinus paling diingat di masa kini untuk Edik Milano pada 313, yang sepenuhnya melegalisir agama Kristen di seluruh Kekaisaran, untuk pertama kalinya, dan untuk Konsili Nicea pada 325. Tindakan-tindakannya ini dianggap sebagai faktor-faktor penting dalam peneybaran agama Krisen. Reputasinya sebagai “Kaisar Kristen pertama” telah dikemukakan oleh sejarahwan dari Lactantius dan Eusebius dari Kaisaria hingga di masa kini, meskipun telah muncul perdebatan tentang kebenaran imannya karena ia terus mendukung dewa-dewa kafir dan dibaptiskan hanya beberapa saat menjelang kematiannya.
12. Karel yang Agung (Frank)
Charlemagne atau Karel yang Agung adalah raja kaum Frank dari 768 sampai 814 dan kaum Lombard dari 774 sampai 814. Ia dinobatkan sebagai Imperator Augustus di Roma pada hari natal tahun 800 oleh Paus Leo III, dan karenanya dianggap merupakan pendiri Kekaisaran Romawi Suci (dengan gelar Karel I). Melalui penaklukan dan pertahanan, ia mengukuhkan dan mengembangkan kekuasaannya hingga meliputi sebagian besar Eropa Barat. Ia sering dianggap merupakan bapak pendiri Perancis dan Jerman, bahkan kadang sebagai Bapak pendiri Eropa. Ia adalah kaisar pertama di Barat sejak runtuhnya Kekaisaran Romawi.
13. Alfred yang Agung (Inggris)
Alfred yang Agung adalah raja Wessex dari tahun 871 hingga 899. Alfred mempertahankan kerajaannya dari serangan Viking Denmark, menjadi satu-satunya Raja Inggris yang memiliki julukan “yang Agung”.
14. Catherine yang Agung (Rusia)
Yekaterina (Catherine) II Alekseyevna of Russia, bergelar yang Agung adalah seorang Tsarina Rusia yang berkuasa selama 34 tahun, dari tanggal 28 Juni 1762 sampai kematiannya. Ia meninggal karena stroke pada tanggal 15 November, 1796 dan dimakamkan di Katedral Peter dan Paul, Saint Petersburg.
15. Louis yang Agung (Prancis)
Louis XIV adalah raja Perancis dan Navarre yang dinobatkan pada 14 Mei 1643 dalam usia lima tahun. Ia baru mulai berkuasa penuh sejak wafatnya menteri utamanya, Jules Cardinal Mazarin pada tahun 1661. Louis XIV dijuluki juga sebagai Raja Matahari atau Louis yang Agung. Ia memerintah Perancis selama 72 tahun, masa kekuasaan terlama monarki di Perancis dan Eropa.
Louis XIV meningkatkan kekuasaan Perancis di Eropa melalui tiga peperangan besar: Perang Perancis-Belanda, Perang Aliansi Besar, dan Perang Suksesi Spanyol antara 1701 – 1714. Louis XIV berhasil menerapkan absolutisme dan negara terpusat. Ungkapan “L’État, c’est moi” (“Negara adalah saya”) sering dianggap berasal dari dirinya, walaupun ahli sejarah berpendapat hal ini tak tepat dan kemungkinan besar ditiupkan oleh lawan politiknya sebagai perwujudan stereotipe absolutisme yang dia anut. Seorang penulis Perancis, Louis de Rouvroy, bahkan mengaku bahwa ia mendengar Louis XIV berkata sebelum ajalnya: “Je m’en vais, mais l’État demeurera toujours” (“saya akan pergi, tapi negara akan tetap ada”).
No comments:
Post a Comment